Senin, 20 Januari 2014

Khalayak Politik



KOMUNIKASI POLITIK
Khalayak Politik
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester V

Dosen Pembimbing:
Muhammad Shobaruddin, MA

Oleh:
1.                  Anik Latifah                           115120207113019
2.                  Aprichyrlia Puspita D.            115120207113020
3.                  Agustina Wulansari                 115120207113023
4.                  Candra Novitasari                   115120207113036
5.                  Rezika Nirmala                       115120207113002
6.                  Rosalia Puspitasari                  115120207113025





 






  


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
Januari 2014

Khalayak politik
Ada banyak pengertian tentang khalayak, diantaranya :
Ø  Menurut KBBI khalayak adalah :
  1. Segala yang diciptakan oleh Tuhan (makhluk)
  2. Kelompok tertentu dalam masyarakat yang menjadi sasaran komunikasi
  3. Masyarakat ramai, publik, masyarakat banyak,umum
(Indonesia, 2008)
Ø  Khalayak dalam ilmu komunikasi biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembicara, pendengar, pemirsa, audience, decoder atau komunikan. (Zarkani, 2010)
Ø  Ketika kita mendengarkan pidato, menonton drama, berpartisipasi dalam sebuah percakapan, atau mengonsumsi media, kita merupakan anggota dari khalayak. Kita adalah publik. Kita secara berkesinambungan bertindak sebagai pengirim maupun penerima pesan. (Richard West, 2008)
Ø  Khalayak sebagai sekelompok orang yang memiliki motivasi, keputusan, dan pilihan. (Richard West, 2008)

Tipe khalayak dibedakan menjadi dua yaitu khalayak aktif dan khalayak pasif.
Ø  Meski beberapa ahli ilmu komunikasi (lihat Littlejohn, 2003:333; Biocca,1988:51-80) membagi khalayak atas khalayak pasif dan aktif, akan tetapi yang dimaksud khalayak aktif adalah khalayak yang tetap berstatus sebagai konsumen dan tidak sebagai produsen isi media atau berita. Dalam pembagian posisi khalayak pasif, Biocca menegaskan bahwa media berkuasa penuh dan memberikan pengaruh yang diterima apa adanya oleh khalayak. (Nasrullah, 2012)
Kajian yang dilakukan oleh Frank Biocca dalam artikel “opposing conceptions of the audience.” Menyimpulkan beberapa tipologi dari khalayak aktif  diantaranya :
a.       audience activity as “selectivity”. Khalayak aktif dianggap selektif dalam proses konsumsi media yang mereka pilih untuk digunakan. Mereka tidak asal-asalan dalam  mengkonsumsi media, namun didasari alasan dan tujuan tertentu.
b.      audience activity as “utuilitarianism”. Di mana khalayak aktif dikatakan mengkonsumsi media dalam rangka suatu kepentingan untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan tertentu yang mereka miliki
c.       audience activity as “involvement”. Penggunaan secara sengaja dari isi media.
d.      audience activity as “imperviousness to influence”. Khalayak secara akktif berfikir mengenai alasan mereka dalam mengkonsumsi media.
(Biocca, 2011)
Ø  Hennesy (dalam Nasution 1990), berkenaan dengan pelapisan khalayak komunikasi politik, membedakan politik sebagai berikut :
a.       publik umum (general publik)
b.      publik yang penuh perhatian (the attentive publik)
c.       elit opini dan kebijakan (the leadership publik)
Elit opini dan kebijakan merupakan kalangan yang paling aktif minatnya dalam masalah kepemerintahan dan seringkali sebagai pelaku politik. Sedangkan publik attentive merupakan khalayak yang menaruh perhatian terhadap diskusi-diskusi antar elit politik dan seringkali termobilisasi untuk bertindak dalam kaitan suatu permasalahan politik. Publik umum terdiri dari hampir separuh penduduk, dalam kenyataannya jarang berkomunikasi dengan para pembuat kebijakan.
Publik attentive merupakan khalayak utama (key audience) dalam komunikasi politik, karena lapisan publik inilah yang berperan sebagai saluran komunikasi antar pribadi dalam arus pesan timbal balik antara pemimpin politik dengan publik umum. Para politisi biasanya mempersepsikan gelombang arus opini di kalangan publik attentive sebagai representasi dari apa yang diyakini, dinilai, dan diharapkan oleh publik umum (yang kurang berperhatian kepada politik semasa periode di antara dua pemilu). Dengan kata lain, khalayak yang mempunyai perhatian itu merupakan lapisan masyarakat yang berkemauan untuk mengikuti dalam perkembangan politik yang berlangsung. Khalayak yang berperhatian terhadap perkembangan yang berlangsung yang menyangkut kepemerintahan dan politik, merupakan suatu faktor yang amat diperlukan bagi terlaksananya sistem politik yang sehat. (Fitri, 2013)



Kebutuhan Informasi
Di era globalisasi informasi merupakan kebutuhan pokok bagi penggunanya sehingga jika kebutuhan informasi tidak terpenuhi akan menimbulkan masalah bagi pengguna informasi. Informasi bert Menurut Wilson, kebutuhan informasi adalah sebuah pengalaman subyektif yang hanya terjadi pada pikiran orang yang sedang dalam kondisi membutuhkan dan tidak bisa secara langsung diakses oleh para pengamat (1997: 552) tujuan untuk menambah ilmu pengetahuan, memperluas jaringan, dan meningkatkan keterampilan yang mempengaruhi serta merubah sikap, perilaku, dan pola pikir seseorang.
Pengguna informasi membutuhkan informasi yang cepat, tepat, akurat, relevan, dan mudah mendapatkannya. Saat ini pengguna informasi mengalami beberapa permasalahan, seperti banjir informasi, adanya informasi yang cenderung asal-asalan atau tidak terjamin keakuratannya, informasi yang disajikan tidak sesuai, isi dari informasi yang diberikan kurang tepat, jenis informasi kurang relevan,. Permasalahan tersebut terjadi disekitar kita dan ini menjadi sebuah tantangan bagi penyedia informasi.
Kebutuhan informasi bagi setiap pengguna informasi berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Kebutuhan informasi bagi para pengguna dapat diketahui dengan cara melakukan identifikasi kebutuhan dari para pengguna informasi. (Muchammad Nasucha, 2005)
Secara lebih spesifik, Saracevic et al. (1988) menyatakan bahwa penelitian tentang kebutuhan informasi harus memperhatikan faktor berikut:
·         Persepsi seseorang tentang masalah yang sedang ia hadapi.
Jika kita ingin meneliti kebutuhan informasi, sebaiknya kita juga meneliti bagaimana para responden melihat (mempersepsi) hal-hal yang berkait dengan kebutuhannya. Apakah responden menganggap pergi ke Jakarta itu sebagai tantangan? Atau malah sebagai beban? Misalnya, dengan menggunakan contoh kota Jakarta, kebutuhan informasi jelaslah muncul karena seseorang tiba-tiba harus ke Jakarta karena tugas kantornya.
·         Rencana seseorang dalam menggunakan informasi.
Ketika seseorang membutuhkan informasi, sedikit banyak ia juga telah memiliki persiapan tentang kegunaan informasi itu. Misalnya, seseorang yang punya kebutuhan informasi jalan dan alamat di Jakarta mungkin sudah punya rencana belanja dan cari makanan khasnya.
·         Kondisi pengetahuan seseorang yang relevan dengan kebutuhannya.
Ini merupakan unsur penting karena dari sini kita bisa melihat seberapa besar pengetahuan yang dimilikinya. Misalnya, apa yang sudah diketahuinya tentang Jakarta dan apa yang belum diketahuinya. Pendapat dan ilmu pengetahuan yang dimiliki setiap orang tentu berbeda-beda. Kalau ada beberapa orang yang akan pergi ke Jakarta, dan beberapa orang itu sama-sama membutuhkan peta Jakarta, dapat dipastikan bahwa mereka tidak cuma membutuhkan satu jenis peta, sebab mungkin saja ada yang sudah pernah ke Jakarta dan ada yang belum pernah.
·         Dugaan seseorang tentang ketersediaan informasi yang dibutuhkannya.
Seseorang selalu punya bayangan tentang sumber informasi yang tersedia di sekitarnya. Seorang mahasiswa yang akan pergi ke Jakarta punya bayangan berbeda dari seorang ibu rumahtangga yang akan pergi ke kota sama. Jika keduanya membutuhkan informasi, maka keduanya tahu dimana mereka bisa mendapatkan informasi tersebut. Mungkin saja keduanya membuka Google, atau mungkin saja si Ibu lebih tanggap.
            Informasi yang tersedia harus sesuai dengan kebutuhan pengguna agar pesan yang disampaikan dapat terealisasikan dengan baik. Informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna akan tergantung pada keberhasilan dalam melakukan identifikasi kebutuhan informasi. Identifikasi kebutuhan informasi yang tidak tepat sudah pasti menghasilkan informasi yang tidak berguna.

            Identifikasi kebutuhan informasi adalah sebuah proses untuk mendapatkan informasi yang sesuai kebutuhan dan diinginkan pengguna. Dalam proses identifikasi kedua belah pihak terlibat aktif pada tahap ini. Informasi yang diperoleh dari pengguna menjadi acuan bagi penyedia informasi sebagai bahan pertimbangan menyediakan informasi yang tepat. Tiga faktor yang harus dipenuhi ketika melakukan identifikasi kebutuhan informasi yaitu lengkap, detail, dan benar. Lengkap, artinya mendapatkan dan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan para pengguna informasi untuk mengide. Detail, adalah informasi yang terkumpul terinci sampai hal-hal yang kecil. Benar, yaitu semua data yang diperoleh harus benar, sesuai dengan apa yang dimaksud pengguna.
Sosialisasi politik
(Efron) Sosialisasi Politik, merupakan salah satu dari fungsi-fungsi input sistem politik yang berlaku di negara-negara manapun juga baik yang menganut sistem politik demokratis,otoriter, diktator dan sebagainya. Sosialisasi politik, merupakan proses pembentukansikap dan orientasi politik pada anggota masyarakat
Easton dan Dennis mengutarakanada 4 (empat) tahap dalam proses sosialisasi politik dari anak, yaitu sebagai berikut :
·         Pengenalan otoritas melalui individu tertentu, seperti orang tua anak, presiden dan polisi.
·         Perkembangan pembedaan antara otoritas internal dan yang ekternal, yaitu antara pejabatswasta dan pejabat pemerintah.
·         Pengenalan mengenai institusi-institusi politik yang impersonal, seperti kongres (parlemen),mahkamah agung, dan pemungutan suara (pemilu).
·         Perkembangan pembedaan antara institusi-institusi politik dan mereka yang terlibatdalam aktivitas yang diasosiasikan dengan institusi-institusi ini
Proses pembentukan sikap politik
(Roy, 2013) Sosialisasi politik, merupakan proses pembentukan sikap dan orientasi politik pada anggota masyarakat. Keterlaksanaan sosialisasi politik, sangat ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi, dan kebudayaan di mana seseorang/individu berada. Selain itu, juga ditentukan oleh interaksi pengalaman -pengalaman serta kepribadian seseorang. Sosialsiasi politik, merupakan proses yang ber langsung lama dan rumit yang dihasilkan dari usaha saling mempengaruhi di antara kepribadian individu dengan pengalaman-pengalaman politik yang relevan yang memberi bentuk terhadap tingkah laku politiknya. Pengetahuan, nilai-nilai, dan sikap -sikap yang diperoleh seseorang itu membentuk satu layar persepsi, melalui mana individu menerima rangsangan-rangsangan politik. Tingkah laku politik seseorang berkembang secara berangsur-angsur.
            Jadi, sosialisasi politik adalah proses dengan mana individu-individu dapat memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, dan sikap-sikap terhadap sistem politik masyarakatnya. Peristiwa ini tidak menjamin bahwa masyarakat mengesahkan sistem politiknya, sekalipun hal ini mungkin bisa terjadi. Sebab hal ini bisa saja menyebabkan pengingkaran terhadap legitimasi. Akan tetapi, apakah akan menuju kepada stagnasi atau perubahan, tergantung pada keadaan yang menyebabkan pengingkaran tersebut. Apabila tidak ada legitimasi itu disertai dengan sikap bermusuhan yang aktif terhadap sistem politiknya, maka perubahan mungkin terjadi. Akan tetapi, apabila legitimasi itu dibarengi dengan sikap apatis terhadap sistem politiknya, bukan tak mungkin yang dihasilkan stagnasi.
            Sosialisasi politik merupakan cara-cara belajar seseorang terhadap pola-pola sosial yang berkaitan dengan posisi-posisi kemasyarakatan seperti yang diketengahkan melalui bermacam-macam badan masyarakat.

Proses Pembentukan Sikap Politik
            Masyarakat Indonesia saat ini beranggapan bahwa politik yang ada hanya suatu proses manipulasi dan pencitraan yang mementingkan diri sendiri dan berujung pada suatu kekuasaan. Secara tidak sadar kita selalu bersentuhan dengan dunia politik baik secara langsung maupun tidak langsung. Kita bersentuhan dengan politik secara tidak langsung melalui terpaan media yang tidak henti menyoroti tentang politik sehingga mau tidak mau kita mendengarkan atau bahkan melihatnya. Sedangkan aktifitas politik secara langsung terjadi jika seseorang dalam aktifitasnya ikut terlibat dalam dunia politik seperti menjadi kader atau bahkan tim sukses suatu partai politik tertentu.
            Dalam membentuk sikap politik masyarakat sangat dipengaruhi oleh media yang mereka konsumsi sehari – hari. Media massa di negara demokrasi dan negara otoriter memiliki perbedaan, di Negara otoriter media massa digunakan pemerintah sebagai alat politik untuk mengendalikan opini rakyatnya, hal ini sebagaimana dapat di lihat pada negara unisoviet serta keberlangsungan media massa tergantung kebijakan yang ada pada pemerintah. Sedangkan di negara demokrasi peran media massa lebih luas karena memiliki kepribadian sendiri berdasarkan latar belakang redaktur dan wartawan yang melakuan peliputan berita, sehingga hal ini bagaikan koin yang tidak dapat dipisahkan. Di satu pihak media massa dapat mendukung program pemerintah, di lain pihak dapat menimbulkan opini publik yang dapat menghambat program pemerintah. Dalam hal ini pejabat atau pemerintah dapat memanfaatkan media massa sebagai alat politik untuk menimbulkan opini baru di masyarakat sehingga kepentingan pemerintahdapat berjalan dengan baik atau pejabat dapat memanfaatkan pemberitaan di media massa untuk memperoleh dukungan publik.
            Pembentukan opini publik sangat berperan dalam pembentukan sikap politik. Menurut (Nimmo, 2010) opini publik merupakan suatu proses penggabungan pikiran , perasaan, dan usul yang diungkapkan oleh warga negara secara pribadi terhadap pilihan kebijakan pejabat ataupun tokoh politik. Kecenderungan kegiatan opini yaitu orang secara terus menerus menyusun makna berbagai objek politik dengan memberikan makna , makna yang pada gilirannya diturunkan dari perilakunya sebagai  individu. Kecenderungan tidak memnentukan perilaku lebih dulu. Kecenderungan mengalami perubahan ketika orang menyusun makna dalam dunia subjektif dan kemudian berperilaku sesuai makna itu. Contohnya saja dunia politik di negara Indonesia, dengan banyaknya media yang menampilkan segala pencitraan partai politik dengan saling menjatuhkan maka akan menimbulkan suatu opini publik yang berimbas pada sikap mereka terhadap politik. Menurut (Aritonang, 2013) dalam kompas.com angka partisipasi politik (pemilih) setiap tahun terus menurun hal ini dibuktikan bahwa pada pemilu pertama Indonesia di era reformasi tahun 1999 partisipasi politk mencapai 92,74 %. Pada pemilu tahun 2004 menjadi 84,07%. Pada pemilu 2009 partisipasi politik merosot hanya 71 %.
Proses pembentukan sikap politik pada masyarakat secara tidak langsung diperoleh dari berbagai aktifitas yang tidak mereka sadari antara lain:
-             Pengoperasian interpersonal
        Dalam kategori ini seseorang diasumsikan mengalami proses sosialisasi politik secara ekplisit dalam kehidupan sehari – hari dengan interaksi dengan orang lain .
-             Magang
        Pengalaman yang diperoleh dalam kehidupan diluar situasi non politik akan dapat memberikan keahlian dan pengetahuan sehingga dapat digunakan dalam konteks yang sifatnya politik seperti ikut menjadi salah satu tim sukses.
-      Generalisasi
        Suatu upaya menjeneralisasikan nilai – nilai sosial bagi objek politik yang kemudian berpengaruh pada pembentukan sikap politiknya. Misalkan : mengetahui berita tentang partai politik yang sedang korupsi maka akan mempengaruhi sikap dengan menyamaratakan partai politik yang lain, sehingga apatis terhadap partai tertentu.
-             Kebudayaan
        Kebudayaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan sikap seseorang. Tanpa disadari kebudayaan telah mewarnai sikap masyarakat karena  kebudayaan juga yang telah memberi corak pengalaman individu-individu dalam  kelompok masyarakat, sehingga menanamkan garis pengarah sikap seseorang  terhadap berbagai masalah.




-             Emosi individu
        Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan  bentuk mekanisme pertahanan ego.

Proses pembentukan sikap secara langsung terjadi melalui:
-             Imitasi
        Merupakan proses peniruan yang dilakukan oleh sesorang yang biasanya banyak dilakukan oleh pemilih pemula yang ikut – ikutan menentukan sikapnya terhadap politik dari lingkungan sekitar baik significant other maupun interest group.
-             Sosialisasi Politik Antisipatoris
        Seseorang akan menentukan sikapnya terhadap politik setelah mendapat sosialisasi dari orang yang lebih tinggi derajatnya maupun pengetahuannya.
-             Pendidikan Politik
        Pendidikan politik dapat dilakukan di keluarga, sekolah, lembaga-lembaga politik atau pemerintah dan berbagai kelompok dan organisasi yang tidak terhitung jumlahnya. Pendidikan politik sangat penting bagi kelestarian suatu system politik. Di satu pihak, warga Negara memerukan informasi minimal tentang hak-hak dan kewajiban yang mereka miki untuk dapat memasuki arena kehidupan politik. Di lain pihak, warga Negara juga harus memperoleh pengetahuan mengenai seberapa jauh hak-hak mereka telah dipenuhi oleh pemerintah dan jika hal ini terjadi, stabilitas politik pemerintahan dapat terpelihara.
-             Pengalaman Politik
        Pengalaman dalam dunia politik sangat mempengaruhi bagaimana sikap seseorang dalam dunia politik. Karena dari pengalamannya mereka mengetahui benar seberapa kecilnya pun partisipasi mereka sangat menentukan nasib negara.

Kooerintasi
Kooerientasi menurut Dan Nimmo 1999 dalam (Nursanti, 2010, hal. 24)adalah sebuah karakteristik percakapan politik yang terjadi didalam lobi politik. Misalnya para anggota DPR yang sedang mengadakan rapat di ruang sidang paripurna 1 untuk saling bertukar pandangan tentang suatu masalah. Dalam bertukar pandangan tersebut dibutuhkan kemampuan negosiasi karena pesan politik yang ingin disampaikan memerlukan kesepakatan bersama.

Informasi Politik
            Informasi politik menurut (Firmanzah, 2008, hal. 133) adalah sebuah penyampain pesan yang sangat penting dalam kehidupan atau aktifitas politik yang dapat dianalisis dan digunakan untuk menentukan suatu keputusan politik. Informasi politik kini bisa kita dapatkan melalui berbagai media, baik dalam media cetak, elektronik, ataupun new media (media online).
Untuk mengetahui dan memahami masalah informasi politik yang ada dimasyarakat sekarang ini adalah dengan melihat dan perspektif para pelaku politik (human relations approach. Misalnya : Abu Rizal Bakrie pemimpin dari partai Golkar yang sedang mencalonkan dirinya sebagai pilpres tahun 2014 yang dikenal sebagai calon pemimpin yang peduli merangkul petani atau sahabat petani, dimana – mana dia mendeklasrikan dirinya sebagai sosok yang peduli akan sesama tetapi disisi lain masih banyak masalah yang dialami yaitu kasus Lumpur Lapindo yang bertahun – tahun belum selesai. Dalam pemberitaan di media yang ia miliki menyebutnya Lumpur Sidoarjo sedangkan media lainnya menyebutnya Lumpur Lapindo. Bentuk dari judul berita Lumpur Sidoarjo merupakan sebuah framing yang dibentuk oleh ideologi sebuah pemilik media yang ingin citra nya baik dimata masyarakat.
Keputusan politik
Keputusan politik menurut (Surbakti, 1992, hal. 190) ialah keputusan yang mampu mengikat , menyangkut, dan mempengaruhi masyarakat umum. Hal tersebut biasanya dilakukan atau diselenggarakan oleh lembaga – lembaga pemerintahan. Misalnya maraknya demo anti kenaikan BBM dari berbagai elemen masyarakat merupakan input untuk pengambilan keputusan pengunduran pemberlakuan kenaikan harga BBM di negara Indonesia.

Menurut (Surbakti, 1992) alternatif keputusan politik secara umum dibagi menjadi dua yaitu :
1.    Kebijakan publik merupakan program – program perilaku untuk mencapai tujuan masyarakat.
Contoh dari kebijakan publik yaitu hasil penerapan Undang - Undang pajak yang digunakan untuk membiayai pembangunan fasilitas umum seperti jalan, jembatan, sekolah, dan lain -lain.
2.    Pejabat pemerintah merupakan orang – orang yang akan menyelenggarakan kebijakan publik.
Secara umum menurut para sarjana ilmu politik dalam (Surbakti, 1992), biasanya mengajukan tiga kemungkinan elite politik untuk memberikan keputusan politik yaitu :
1.    Elite formal merupakan elite politik yang menurut peraturan perundang – undangan memiliki kewenangan untuk membuat keputusan
2.     Orang yang berpengaruh ialah orang yang memiliki sumber kekuasaan, seperti kekayaan ilmu, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan massa terorganisasi yang mampu mempengaruhi elite formal.
3.    Penguasa merupakan orang yang secara nyata membuat keputusan. Misal : penguasa atau orang yang berpengaruh.
Proses pembuat atau pengambil keputusan menurut (Robbins, 1999) melalui beberapa tahapan antara lain :
1.      Mendefinisikan masalah, dalam penentuan keputusan seorang pengambil keputusan sebaiknya lebih dahulu mereka memahami apa masalah yang dihadapi.
2.      Mengidentifikasi kriteria keputusan, seorang pengambil keputusan sebaiknya menentukan hal – hal yang relevan dalam keputusan tersebut.
3.      Menimbang kriteria, yaitu pengambil keputusan memberikan prioritas yang tepat pada setiap kriteria yang telah di identifikasikan.
4.      Menghasilkan alternatif, merupakan proses dimana pengambil keputusan membuat daftar alternatif dalam pemecahan masalah tanpa melakukan penilaian terhadap alternatif tersebut.
5.      Menilai semua alternatif pada masing – masing kriteria, pada tahap ini pengambil keputusan secara kritis menganalisis dan mengevaluasi setiap alternatif yang telah didaftar. Proses ini mendorong individu untuk melihat kelebihan dan kelemahan suatu masalah.
6.      Menghitung keputusan yang optimal, merupakan proses pengambilan keputusan yang perlu melakukan evaluasi terhadap masing – masing alternatif kriteria yang telah ditentukan dan pada akhirnya akan memilih alternatif yang paling baik nilainya.

Keputusan pemilihan

            Berpartisipasi dalam politik: Konsekuensi Komunikasi yang Mempolitikkan Proses pengambilan keputusan adalah proses menentukan suatu jalan keluar dengan berkomunikasi secara bersama-sama atau secara universal diartikan sebagai pemilihan diantara berbagai alternatif mencakup pembuatan pemilihan maupun pemecahan masalah. Keputusan terdiri dari :
-          Keputusan Strategis, keputusan yang dibuat oleh manajemen puncak dari suatu organisasi.
-          Keputusan Taktis, keputusan yang diambil oleh manajemen menengah.
-          Keputusan Operasional, keputusan yang dibuat oleh manajemen bawah.

Proses Pengambilan Keputusan menurut para Ahli Menurut Herbert A Simon, proses pengambilan keputusan pada hakekatnnya terdiri atas tiga langkah utama, yaitu :
1.      Kegiatan Intelejen
Menyangkut pencarian berbagai kondisi lingkungan yang diperlukan untuk mengambil keputusan
2.      Kegiatan Desain
Menyangkut pembuatan pengembangan dan pengaanalisaan berbagai rangkaian kegiatan yang mungkin dilakukan.
3.      Kegiatan Pemilihan
Menyangkut pemilihan serangkaian kegiatan tertentu dari berbagai alternative yang tersedia.

Menurut Scoot dan Mitchell
, proses pengambilan keputusan meliputi :
1.      Proses pencarian tujuan
2.      Formulasi tujuan
3.      Pemilihan alternative
4.      Mengevaluasi hasil

Menurut Elbing ada lima langkah dalam proses pegmbilan keputusan. Anatara lain :
1.      Indentifikasi masalah
2.      Pengumpulan dan analisis data yang relevan
3.      Pengembangan dan evaluasi berbagai kemungkinan alternative
4.      Pemilihan alternative terbaik
5.      Implementasi keputusan dan evaluasi hasil
Teknik-teknik Penambilan Keputusan
a.       Teknik Kreatif
-          Brainstroming, berusaha menggali dan mendapat kreatifitas maksimum dari kelompok dengan memberikan kesempatan para anggota untuk melontarkan idenya.
-          Synectics, didasarkan pada asumsi bahwa poses kreatif dapat dijabarkan dan diajarkan untuk meningkatkan keluaran yang kreatif
b.      Teknik Parsipatif
Individu atau kelompok dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.
c.       Teknik Modern
-          Teknik Delphi
-          Teknik Kelompok Nominal

Komunikator politik sebagai partisipan politik
            Dalam komunikasi politik, partisipan adalah anggota khalayak yang aktif yang tidak hanya memperhatikan apa yang dikatakan oleh para pemimpin politik, tetapi juga menanggapi dan bertukar pesan dengan para pemimpin politik itu. Ringkasnya, partisipan politik melakukan kegiatan bersama dan bersama-sama merupakan komunikator politik.

Dimensi partisipasi politik
            Orang mengambil bagian dalam politik dengan berbagai cara. Cara-cara itu berbeda dalam tiga hal atau dimensi: gaya umum partisipasi, motif yang mendasari kegiatan mereka, dan konsekuensi berpartisipasi pada peran seseorang dalam politik.
Gaya partisipasi, gaya ini mengacu kepada baik apa yang dilakukan maupun bagaimana ia melakukannya.
           

            Motif partisipasi, salah satu perangkat factor seperti itu menyangkut motif orang yang membuatnya ambil bagian.
Konsekuensi partisipasi, pembahasan mengenai segi partisipasi politik yang dipikirkan dan interpretatif dibandingkan dengan jenis yang kurang dipikirkan dan lebih tanpa disadari menimbulkan pertanyaan tentang apa konsekuensi partisipasi bagi peran seseorang dalam politik pada umumnya.

Tipe dan distribusi partisipasi politik
            Bagian ini akan membahas dua tipe partisipasi politik – dalam pemilihan umum dan di luar pemilihan umum – dan tindakan politik yang khas yang berkaitan dengan masing-masing.
            Partisipasi dalam pemilihan umum, tipe partisipasi rakyat yang dipublikasikan dan diteliti paling luas ialah pengambilan bagian dalam pemillihan umum dengna memberikan suara.
            Partisipan bukan dalam pemilihan umum, partisipan di luar pemilihan umum mencakup segala kegiatan politik yang melibatkan peran serta orang pada masa dan di antara tahun-tahun pemilihan, yang sedikit sangkut-pautnya dengan kampanye politik, yaiut seperti pengungkapan opini politik, tetap mengikuti peristiwa politik, aktif dalam organisasi kepentingan umum dan organisasi politik, dan menghubungi pajabat-pejabat pemerintah.

Bagaimana partisipan menanggapi komunikasi politik
-          Jenis komunikasi  
      Dalam rumus Berelson, “jenis komunikasi” mengacu pada saluran komunikasi (interpersonal, organisasi, atau massa) maupun pada isi komunikasi. Setiap kampanye yang ditujukan untuk mengubah kepercayaan, nilai, atau pengharapan adalah persuasif.

-          Jenis isu
     Model ini melukiskan bahwa warga Negara demokratis sebagai sesuatu yang menaruh perhatian, bermotivasi, dan berpengetahuan tentang isu, cenderung membahas isu dan masalah prinsip dan mampu secara rasional memilih cara yang paling seusai untuk mencapai tujuan yang diinginkan.


-          Jenis orang dan kondisi
      Orang secara aktif melibatkan diri sendiri dalam komunikasi bahwa mereka tidak memberikan reaksi terhadap objek, tetapi menanggapinya sebagai bagian dari pengalaman keseluruhan komunikasi. Dalam kondisi bagaimana orang memperhitungkan pesan yang tersedia dalam menyusun opini mereka dan bukan memberikan reaksi berdasarkan pengalaman masa lampau, kecenderungan personal, kedudukan sosial, sifat demografis, status hukum dan sebagainya.

Opini publik
            Opini publik adalah kelompok atau orang-orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi baik secara internal maupun eksternal. (Jefkin2006:80) atau diartikan sebagai unit sosial aktif yang terdiri dari semua pihak yang telibat yang mengenali problem bersama yang akan mereka cari solusinya secara bersama-sama. (Dewey,1927:15)
Definisi opini npublik secara sederhana atau secara umum adalah sekelompok i ndividu dalam jumlah besar.
Definisi lainnya dikemukakakn oleh Hebert Blumer yang menyatakan bahwa publik adalah sekelompok orang yang (1) dihadapkan pada suatu permasalahan. (2) Berbagai bpendapat mengenai cara pemecahan persoalan tersebut, dan (3) terlibat dalam diskusi mengenai persoalan itu.
Opini publik adalah sekumpulan pndangan individu terhadap isu yang sama yang berhubungan dengan arah opini, pengukuran intensitas, stabilitas, dukungan informasional dan dukungan sosial (Cutlip, 2007:239) beberapa definisi opini publik lainnya, yaitu: 1.Opini publik adalah pendapat umum yang menunjukan sikap sekelompok orang terhadap suatu permasalahan (Prof.W.Doop) 2.Opini publik adalah (William Abig) Dari pendapat/definisi di atas, maka dapat kita simpulkan beberapa poin: 1.opini publik adalah pendapat rata-rata kelompok tertentu atas suatu hal yang pendting. 2.opini publik adalah suatu campuran yang terdiri dari berbagai macam; pikiran, kepercayaa, paham, anggapan, prasangka, dan hasrat. 3.Opini publik bukanlah suatu hal yang baku dan dapat berubah-ubah.

Pembentukan opini publik mempunyai beberapa tahapan perkembangan individunya:
1.      Proses waktu
2.      Cakupan (luas publik)
3.      Pengalaman masa lalu
4.      Tokoh (actor pelaku)

Dampak Komunikasi Politik
            Komunikasi politik adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintahan. Atau komunikasi yang terjadi antara pemegang kekuasaan (pemerintah/ partai pemerintah) dengan masyarakat / rakyat / yang diperintah.
            Komunikasi politik tentu saja berdmpak pada khalaykanya. Bagaimana khalayak merespon atau menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator politik. Dampak komunikasi politik ada 3 (tiga) yakni :
  1. Dampak kognitif
Dampak komunikasi politik yang pertama adalah dampak kognitif. Dampak kognitif berhubungan dengan perubahana perilaku berkaitan dengan pengetahuan khalayak terhadap pesan yang di sampaikan. Dampak ini dapat merubah atau mempengaruhi pengetahuan khalayak terhadap informasi atau pesan politik yang disampaikan oleh komunikator politik.
Dampak yang timbul adalah memecahkan ambiguitas dalam pikiran orang, menyajikan bahan mentah bagi interpretasi personal, memperluas realitas sosial dan politik, menyusun agenda dan media juga bermain diatas sistem kepercayaan orang.
Paragraf tersebut maksudnya, komunikasi politik misalkan yang dilakukan oleh media-media elektronik contohnya antv dan tvone yang gencar-gencarnya mengiklankan partai Golkar dan Aburizal Bakrie. Dengah berbagai iklan pencitraan yang dibuat oleh Bakrie dengan tagline-tagline yang menarik seperti misalnya “ARB presidenku”, “Golkar sahabat petani”. Dengan retorika-retirika yang semacam itu otomatis telah tertanam dalam pikiran masyarakat bahwa partai golkar adalah sahabat para rakyat, parti ini benar-benar memperhatikan rakyat, rakyat adalah hal yang paling diutamakan oleh partai ini. kemudian dengan berbagai macam iklan yang menyentuh jiwa sosial, anak muda, dll maka komunikasi yang dilakukan oleh partai golkar dan ARB berusaha untuk menanamkan pikiran dalam masyarakat bahwa Golkar pantas untuk dipilih saat pemilu nanti.

  1. Dampak afektif
Dampak kedua dari komunikasi politik adalah dampak afektif. Dampak ini berhubungan dengan perubahan sikap. Perubahan sikap yang dimaksud adalah bagaimana khalayak menyikapi atau mengambil sikap dari retorika-retorika yang disampaikan oleh para aktor politik (komunikator politik). Apakah mereka akan mengikuti setiap yang disampaikan ataukah mereka memiliki pemikiran sendiri untuk menentukan. Perubahan afektif ini efeknya adalah pemahaman khalayak terhadap pesan yang disampaikan. Dampak tersebut antara lain :
a.       Seseorang dapat menjernihkan / mengkristalkan nilai politik melalui komunikasi politik.
b.      Komunikasi bisa memperkuat komunikasi politik
c.       Komunikasi politik bisa memperkecil niali yang dianut

  1. Dampak konatif
Dampak yang ketiga adalah dampak konatif. Dampak konatif berhubungan dengan perubahan perilaku. Perilaku yang dimaksudkan adalah perilaku dalam melaksanakan pesan komunikasi politik yang diterima dari komunikator politik.
Dampak konatif ini contohnya :
a.       Partisipasi politik : nyata memberikan suara dalam pemilu. Maksudnya, saat kampanye, seluruh aktor politik mengkomunikasikan pesannya yang bertujuan untuk mengajak atau mempersuaisi memilih partai politiknya.
b.      Bersedia melaksanakan kebijakan serta keputusan politik yang dikomunikasikan oleh komunikator politik.

  1. Dampak terhadap perubahan budaya politik
Budaya politik adalah suatu sikap orientasi yang khas warga negara terhadap peranan warga di dalam sistem itu. selain itu, budaya politik adalah proses dimana informasi politik yang relevan diteruskan dari satu bagian sistem politik kepada bagian lainnya.
Menurut Almond dan Powell, komunikais politik merupakan satu fungsi sistem yang mendasar dengan konsekuensi yang banyak untuk pemeliharaan atau perubahan dalam kebudayaan politik dan struktur politik.
Budaya politik berorientasi pada sistem dan individu. Pada individual, budaya politik menimbulkan suatu pandangan bahwa sistem politik cenderung bergerak kearah individualisme. Dengan adanya hal tersebut, hubungan antara komunikasi dan kebudayaan menggambarkan perilaku manusia dalam mengartikulasikan kepentingan-kepentingan politik yang diperankan.





















DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, D. R. (2013, oktober 28). Nasional. Tingginya Angka Golput Dipicu Perilaku Buruk Politikus .
Biocca, F. A. (2011). Opposing Conceptions of the Audience:The Active and Passive Hemispheres of Mass Communication Theory. THE MASS MEDIA AUDIENCE , 53.
Efron, L. (t.thn.). SOSIALISASI PENGEMBANGAN BUDAYA POLITIK. Dipetik Januari 16, 2014, dari Akademia.edu: http://www.academia.edu/4767084/SOSIALISASI_PENGEMBANGAN_BUDAYA_POLITIK_1._Pengertian_Umum
Firmanzah. (2008). Mengelola Partai Politik Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Fitri. (2013, September thursday). seberkas catatan fitri. makalah khalayak komunikasi politik , p. 3.
Indonesia, f. i. (2008). KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA. Retrieved January wednesday, 2014, from http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php?keyword=khalayak&varbidang=all&vardialek=all&varragam=all&varkelas=all&submit=tabel: http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php?keyword=khalayak&varbidang=all&vardialek=all&varragam=all&varkelas=all&submit=tabel
Muchammad Nasucha. (2005). Akses Informasi Politik Publik Indonesia : Perspektif Partai Keadilan Sejahtera. Jakarta, Indonesia.
Nasrullah, R. (2012). ringkasan disertasi. kontestasi pemanfaatan media jurnalisme warga antara industri media dan khalayak , 1.
Nimmo, D. (2010). Komunikasi Politik Khalayak dan Efek. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Nursanti, A. (2010). Pola Komunikasi Politik Masyarakat Transisi Pada Pemilukada 2010. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Richard West, L. H. (2008). pengantar teori komuniksai analisis dan aplikasi edisi 3. Jakarta: salemba humanika.
Roy, B. A. (2013, Juli 19). PENGERTIAN BUDAYA POLITIK MENURUT PARA AHLI. Dipetik Januari 16, 2014, dari ROY: http://roybivalviaaltra.blogspot.com/2013/07/budaya-politik.html
Surbakti, R. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.
Zarkani, S. M. (2010, January wednesday). kementrian agama republik Indonesia balai diklat keagamaan Banjarmasin. peranan media komunikasi sebagai penggerak massa , p. 1.