Selasa, 05 Agustus 2014

Psikologi komunikasi - Analisis YKS



MAKALAH
PSIKOLOGI KOMUNIKASI
(Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Genap)
“Analisis Yuk Keep Smile berdampak pada Masyarakat”

Diajukan Dosen Pembimbing :
Sri Handayani, M.I.Kom.

Anggota Kelompok :
1.      Arum Fitri Yani                        135120207113022
2.      Calvin Medita                           135120218113011
3.      Feny Trikesuma Hapsari           135120207113016
4.      Lukito Adi Chandra                 135120218113007
5.      Rosalia Puspitasari                    115120207113025






 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Yuk Keep Smile (YKS) adalah acara program televisi yang berjenis kuis interaktif, live musik, dan game show yang tayang distasiun televisi Trans TV. Merupakan perubahan nama dari Yuk Kita Sahur dan akhirnya menjadi acara reguler hingga sekarang. Dan kini dipopulerkan oleh Caisar Putra Aditya. cara ini tayang setiap hari pada pukul 19.00-23.00 WIB Sabtu-Minggu
Pada tanggal 20 Juni 2014 program TV YKS di TRANS TV menayangkan acara dengan salah satu adegannya si Cesar di hipnotis agar tidak takut seekor anjing. Si Cesar diberi sugesti agar membayangkan wajah seekor anjing seperti almarhum Benyamin S. Pada tayangan tersebut menuai banyak kritik dari masyarakat betawi, para seniman, serta para penonton.
Akibat tayangan tersebut, masyarakat Betawi berdemo di Gedung Trans TV. Menurut mereka tayangan tersebut melecehkan aktor serta seniman almarhum Benyamin S. Mereka menuntut agar acara program TV tersebut dihentikan penayangannya.
      Dalam kasus ini kami menganalisis konsep Psikologi Komunikasi dari sisi Sistem Komunikasi Kelompok, Sistem Komunikasi Massa, dan Psikologi Komunikator dan Psikologi Pesan. Pada analisis sistem komunikasi kelompok kami melihat dari paradigma kelompok masyarakat yang kontra terhadap tayangan tersebut dan melihat bagaimana dampak lebih lanjut dari tanggapan masyarakat. Selanjutnya kami menganalisis dengan konsep Sistem Komunikasi Massa, disini kami berusaha mengupas keberpihakan media dari program YKS, dan menonjolkan topik pemberitaan dengan tema – tema yang di konstruksi oleh media. Dan terakhir kami menganalisis Psikologi Komunikator dan Psikologi Pesan. Kami menganalisis bagaimana Ceasar sebagai komunikator menyampaikan pesannya dalam keadaan Hipnotis dan bagaimana pesan verbal nonverbal yang tampak dari Caesar.



1.2.Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sistem komunikasi kelompok masyarakat setelah penayangan Yuk Keep Smile tanggal 20 Juni 2014?
2.      Bagaimana sistem komunikasi massa setelah penayangan Yuk Keep Smile tanggal 20 Juni 2014?
3.      Bagaimana psikologi komunikator dan psikologi pesan dari tayangan program Yuk Keep Smile tanggal 20 Juni 2014?

1.3.Tujuan penelitian
1.      Mengetahui sistem komunikasi kelompok masyarakat setelah penayangan Yuk Keep Smile tanggal 20 Juni 2014
2.      Mengetahui sistem komunikasi massa setelah penayangan Yuk Keep Smile tanggal 20 Juni 2014
3.      Mengetahui psikologi komunikator dan psikologi pesan dari tayangan program Yuk Keep Smile tanggal 20 Juni 2014

1.4.Manfaat Penelitian
1.    Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa informasi serta pengembangan ilmu dalam kajian ilmu komunikasi pada bidang Psikologi Komunikasi dan pemecahan permasalahan yang menjadi objek penelitian. Beberapa teori atau konsep yang dijadikan dasar penelitian akan berguna untuk memahami fenomena sosial sehingga kita dapat mengetahui apa saja penyebab terjadinya masalah dalam objek penelitian Analisis program Yuk Keep Smile
2.    Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sebuah pemecahan permasalahan dan kritik antara Masyarakat dan program Yuk Keep Smile.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Sistem Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.

FUNGSI KOMUNIKASI KELOMPOK
1.      Fungsi pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial.
2.      Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok.
3.      Dalam fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya mempersuasikan anggota lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
4.      Fungsi keompok juga dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan.
5.      Terapi adalah fungsi kelima dari kelompok. Kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya, karena kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Artinya, dalam suasana yang mendukung, setiap anggota dianjurkan untuk berbicara secara terbuka tentang apa yang menjadi permasalahannya. Jika muncul konflik antar anggota dalam diskusi yang dilakukan, orang yang menjadi pemimpin atau yang memberi terapi yang akan mengaturnya.

PENGARUH KELOMPOK PADA PRILAKU KOMUNIKASI
1.      KON FORMITAS
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompoks sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan.

2.      FASILITASI SOSIAL
Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain-dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu.
3.      POLARISASI
            Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras. Jadi polarisasi adalah proses mengkutub, baik ke arah mendukung/positif/pro maupun kea rah menolak/negative/kontra dalam suatu masalah yang diperdebatkan.

BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI KELOMPOK
           Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.
1.      KELOMPOK PRIMER DAN SEKUNDER
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 2007) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.
2.      KELOMPOK KEANGGOTAAN DAN KELOMPOK RUJUKAN
Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.
3.      KELOMPOK DESKRIPTIF DAN KELOMPOK PRESIKRIPTIF
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok.
Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.

2.2.  Sistem Komunikasi Massa
Komunikasi Massa menurut (Rakhmat, 2007) adalah Komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan media massa pada sejumlah besar orang. Bagi media massa, biasa Komunikasi Massa dipandang sebagai sumber hiburan.
Sistem Komunikasi Massa dalam (Rakhmat, 2007) juga punya karakteristik psikologi, Hal ini tampak pada:
1.      Pengendalian Arus Informasi
          Dapat mengendalikan arus yang di bicarakan maupun yang di terima. Pada Komunikasi Massa, seorang Komunikator mengendalikan arus informasi sehingga membuat persuasi yang efektif.
2.      Umpan Balik
          Pesan yang dikirim kembali dari penerima ke sumber, memberitahu bagaimana reaksi penerima dan memberikan landasan pada sumber untuk memberikan reaksi selanjutnya
3.      Stimulasi Alat Indra
          Dalam Komunikasi Massa, stimuli alat indra sangat bergantung dari media massa yang digunakan
4.      Proporsi Unsur isi dengan hubungan
          Dalam komunikasi massa yang lebih di pentingkan adalah isinya daripada hubungan yang terjadi pada saat proses komunikasi berlangsung. Intinya adalah apa isi pesanya bukan bagaimana proses pengiriman pesanya.

Efek Komunikasi Massa
A. Efek Kehadiran Media Massa
Menurut Steven H. Chaffee dalam (Rakhmat, 2007) menyebut lima hal yang menjadi efek kehadiran media massa yaitu :
(1) Efek ekonomis, kehadir an media massa menggerakkan berbagai usaha seperti usaha pensuplai kertas koran, percetakan dan lain sebagainya.
(2) Efek sosial, berkenaan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial akibat kehadiran media massa.
(3) Efek pada penjadwalan kegiatan
(4) Efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu
(5) Efek pada perasaan orang terhadap media
B. Efek Kognitif Komunikasi Massa
(1) Pembentukan dan perubahan citra, komunikasi massa memberikan informasi, perincian, analisis, dan tinjauan mendalam tentang berbagai peristiwa sehingga dapat membentuk citra sesuatu bahkan mengubah citra tersebut. Perubahan citra seringkali disusul oleh perubahan perilaku.
(2) Agenda setting, kemampuan media massa untuk mempengaruhi apa yang dianggap penting oleh masyarakat. Pada teori agenda setting memiliki asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel dan tulisan yang akan disiarkannya.
(3) Efek prososial kognitif, media memberikan informasi kepada khalayak dan khalayak merasa informasi yang diterima bermanfaat sesuai dengan kehendak khalayak itu sendiri.

C. Efek Afektif Komunikasi Massa
(1) Pembentukkan dan perubahan sikap, informasi yang disampaikan melalui media massa dapat membentuk sikap seseorang terhadap sesuatu yang diinformasikan, contohnya membentuk sikap pro KPK dalam kasus KPK dan POLRI setelah diberitakan di televisi. Sebagian besar masyarakat membentuk sikap antipati kepada POLRI karena dianggap ingin menjatuhkan KPK. Selain itu, informasi tersebut juga dapat mengubah sikap seseorang yang mungkin asalnya biasa-biasa saja kepada POLRI berubah menjadi antipati.
(2) Rangsangan emosional, rangsangan yang terdapat dalam sebuah informasi (seperti film, novel, sandiwara) yang disampaikan melalui media massa yang digunakan untuk menyentuh emosi kita. Rangsangan emosional memiliki lima faktor yaitu:
· Suasana emosional, suatu film akan dirasa sangat mengahrukan ketika kita telah mengalami hal yang menyedihkan sebelumnya.
· Skema kognitif, yaitu semacam “naskah” pada pikiran kita yang menjelaskan “alur” peristiwa, dapat dikatakan pula konsep awal suatu peristiwa yang sebelumnya pernah kita alami atau bayangkan. Misalnya pada skema kognitif kita bahwa orang baik akan selalu menang membuat kita tidak terlalu cemas ketika menonton film dan tokoh tersebut sedang terdesak karena merasa bahwa kebaikan akan selalu menang.
· Suasana terpaan (setting of exposure), merupakan suasana lingkungan saat kita menonton sebuah film. Selain itu juga dapat berupa respon dari orang lain pada saat menonton juga akan mempengaruhi.
· Predisposisi individual, mengacu pada karakteristik pribadi seseorang. Ketika seseorang mempunyai karakter yang melankolis maka cenderung akan menanggapi suatu film secara lebih dramatis. Satu acara akan ditanggapi berbeda oleh orang yang berbeda, karena setiap karakteristik orang berbeda-beda.
· Tingkat identifikasi, menunjukkan sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan dalam media massa.
(3) Rangsangan seksual, disebabkan oleh adegan-adegan merangsang dalam media massa. Objek yang netral dapat menjadi stimuli erotis (stimuli yang membangkitkan gairah seksual) hanya karena proses pelaziman, imajinasi, dan pengalaman yang bermacam-macam.
D. Efek Behavioral Komunikasi Massa
(1) Efek prososial behavioral, memiliki keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain yang didapat dari media massa karena media massa juga dapat dijadikan sebagai alat pendidikan.
(2) Agresi, film kekerasan mengajari agresi, mengurangi kendali moral penontonnya, dan menumpulkan perasaan mereka. Karena manusia akan lebih tertarik untuk mengikuti sesuatu yang ditampilkan dan menarik bagi mereka.

2.3.  Psikologi Komunikator dan Psikologi Pesan
A.    Psikologi Komunikator
Laswell (1948) menyebutkan komunikasi sebagai “who says what channel to whom whit what effect”. Untuk what channel to whom with what effect  sudah dibahas pada materi sebelumnya. Pada psikologi komunikator ini kita akan membahas who says sedangkan what akan kita bahas pada psikologi pesannya.
Who says berarti siapa yang berbicara, artinya ketika komunikator berkomunikasi yang berpengaruh bukan saja apa yang ia katakan, tetapi juga keadaan dia sendiri, ia tidak dapat menyuruh pendengar memperhatikan apa yang ia katakan. Kadang – kadang siapa lebih penting dari apa.
Aristoteles menyebut karakter komunikator  ini sebagai ethous. Ethous terdiri dari pikiran baik (good sense), akhlak yang baik ( good moral character), dan maksud yang baik ( good will).
            Dimensi Ethos :
1.      Kredibilitas
2.      Atraksi
3.      Kekuasaan

B.     Psikologi Pesan
Dalam (Rakhmat, 2007) kita dapat mengatur perilaku orang ain dengan bahasa. Inilah kekuatan bahasa, kekuatan kata-kata, the power of words. Inilah yang membedakan kita dari binatang. Dan berbicara menggunakan bahasa, bahasa, pada gilirannya, adalah pesan dalam bentuk kata-kata dan kalimat, dan kita sebut sebagai pesan linguistik (pesan verbal).
Caesar mengucapkan kata-kata dan kalimat dengan cara-cara tertentu dalam program YKS. Setiap cara berkata memberikan maksud tersendiri. Cara-cara ini kita sebut pesan paralinguistik. Disamping itu dalam buku (Rakhmat, 2007) menyampaikan pesan dengan cara-cara lain selain bahasa, misalnya dengan isyarat, yang kita sebut dengan pesan ekstralinguistik.

Pesan Linguistik
Ada dua cara mendefinisikan bahasa : fungsional dan formal. Definisi fungsional melihat bahasa dari segi fungsinya, sehingga bahasa diartikan sebagai “alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan” (socially shared means for expressing ideas). Definisi formal menyatakan bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa (all the conceivable sentences that could be generated according to the rules of its grammar).Dalam bahasa mengandung sebuah makna yang turut disampaikan dan menegaskan maksud dari pesan yang kita sampaikan

Teori General Semantics
Bahasa adalah alat penyandian, tetapi alat yang tidak begitu baik, kata pengikut general semantics. General semantics tidak menjelaskan proses penyandian, tetapi ia menujukkan karakteristik bahasa yang mempersulit proses ini. Peletak dasar teori ini adalah Alferd Korzybski, pemain pedang, insinyur, spion, pelarian, ahli matematika, psikiater, dan akhirnya ahli bahasa.
Korzybski melambangkan asumsi dasar teori general semantics : bahasa seringkali tidak lengkap mewakili kenyataan; kata-kata hanya menangkap sebagian saja aspek kenyataan. Berikut ini nasihat Korzybski, dua bersifat perintah dan dua larangan.
1.      Berhati-hati dengan Abstraksi
2.      Berhati-hati dengan Dimensi Waktu
3.      Jangan Mengacaukan Kata dengan Rujukannya
4.      Jangan Mengacaukan Pengalaman dengan Kesimpulan

Pesan Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.

Fungsi Pesan Nonverbal
Mark L. Knapp dalam (Rakhmat, 2007, hal. 287), menyebut lima fungsi pesan nonverbal yang dihubungkan dengan pesan verbal:
-          Repetisi
-          Substitusi
-          Kontradiksi
-          Komplemen
-          Aksentuasi
Klasifikasi Pesan Nonverbal
-       Pesan Teritorial
Berhubungan dengan segala sesuatu yang ada disekitar kita dan kita mempunyai “Sense of belonging”
-       Pesan kinesik
Merupakan gerak tubuh yang terdiri dari tiga komponen yakni pesan fasial, pesan gestural, pesan postural. 
-       Pesan proksemik
Disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang.  Edward T. Hall menyebutkan empat macam jarak ketika berhubungan dengan orang lain :
a)      Akrab
b)      Personal
c)       Sosial
d)      Publik
-       Pesan Artifaktual
Diungkapkan melalui penampilan, pakaian dan kosmetik.
-       Pesan Paralinguistik
Pesan paralinguistik antar lain nada, kualitas suara volume, kecepatan dan ritme.
-       Pesan sentuhan dan bau-bauan
Alma I Smith memberikan macam sentuhan dicurahkan dalam perasaan : tanpa perhatian (detached), kasih sayang (mothering), takut (fearful), marah, bercanda (playful). Bau-bauan digunakan untuk berkomunikasi secara sadar maupun tak sadar, misal yang sadar dengan menggunakan parfum.



















BAB III
HASIL ANALISIS

3.1.  Sistem Komunikasi Kelompok
Kasus aksi protes pada hari Selasa tanggal 24 Juni 2014, sekelompok massa mengungkapkan kekecewaanya terhadap acara YKS (Yuk Keep Smile) yang disiarkan secara langsung pada 20 Juni 2014 yang dinilai telah melecehkan sosok Benyamin Sueb dalam sebuah adegan sebelum Cesar dihipnotis.
Sekelompok massa tersebut dapat dikatakan sebuah kelompok yang besar. Sebuah kelompok besar tersebut menurut (Pusponegoro, 2014) terdiri dari kelompokBens Radio, Yayasan Benyamin Sueb, Benyamin Sueb Fans Club, pecinta Benyamin Sueb, organisasi kemasyarakatan Betawi, seniman dan budayawan Betawi, dan masyarakat Betawi secara luas.
Kelompok-kelompok tersebut melakukan aksi di depan Kantor Trans TV yaitu untuk melindungi seseorang yang bagi mereka berharga yaitu Benyamin Sueb. Mereka memiliki ikatan yang kuat karena mereka sama-sama menyukai dan melindungi seseorang yang sama.
Kelompok – kelompok massa maupun masyarakat ini berpengaruh untuk memberikan atau membagai nilai-nilai maupun norma yang memperlihatkan bahwa kasus tersebut tidak baik. Sehingga mempersuasi masyarakat lain di luar masyarakat betawi untuk menjadi kelompok yang menentang tayangan YKS. Pengaruhnya memberikan perubahan perilaku bagi program – program yang menayangkan tayangan yang tercela.
Kelompok-kelompok ini merupakan bentuk kelompok deskriptif yang berperan penyadarkan pembuat program agar merubah perilaku atau konsep tayangan yang mendidik.

3.2.  Sistem Komunikasi Massa
Dalam Teori Komunikasi Massa dijelaskan Komunikasi ini dilakukan dengan menggunakan media massa, lalu dalam kasus ini Media Massa yang digunakan antara lain adalah : Surat Kabar, Internet, dan berbagai Media Sosial. Namun pada awalnya kasus ini pada saat tanggal 20 Juni 2014 banyak masyarakat yang menganggap Segment saat si “Caesar” di hipnotis oleh Ferdian Setiadi agar menyamakan melihat Benyamin Suep ketika melihat anjing itu merupakan suatu hiburan bagi sebagian besar masyarakat.
            Dalam hal ini karakteristik psikologis yang terdapat dalam kasus ini adalah :
1.      Pengendalian Arus Informasi
Sementara ini arus informasi yang dibatasi oleh media massa adalah ketika KPI(Komisi Penyiaran Indonesia) akan memanggil pihak TransTV untuk dimintai klarifikasi atas kejadian tersebut, jadi arus informasi digunakan untuk mempersuasi pembaca agar menyalahkan pihak TransTV
2.      Umpan Balik
Banyak masyarakat pun yang setuju dengan tindakan KPI yang diberitakan pada Media Massa sehingga banyak pendukung dari Bang Bens Club (Fans Berat Benyamin Suep) yang tidak terima.
3.      Stimulasi Alat Indera
Dalam hal ini stimuli dari indera yang sangat berpengaruh yaitu indera pengelihatan dan pendengaran karena dari Media Massa
4.      Proposisi Unsur isi dengan hubungan
Yang dipentingkan adalah dimana saat Benyamin Suep disamakan dengan anjing, bukan bagaimana cara Ferdian Setiadi menghipnotis Caesar.

Efek dari Komunikasi Massa :
1.      Efek Kognitif Komunikasi Massa
Efek Kognitif dari Kasus ini adalah pencitraan yang buruk terhadap TransTV ada beberapa yang berpendapat bahwa acara YKS tidak mendidik
2.      Agenda Setting
Media Massa mempengaruhi masyarakat dengan issue nya bahwa YKS dianggap tidak mendidik meskipun kita belum mengetahui alasan yang sebenarnya atau klarifikasi resmi dari pihak TransTV



3.      Efek Proporsional Kognitif
Media memberikan informasi mengenai kasus pencemaran ini dan dianggap bahwa media massa benar dalam memberikan informasi ini agar seluruh masyarakat tahu.

Jadi intinya adalah bagaimana cara Media Massa mempersuasi masyarakat agar mengerti pesan yang disampaikan dengan menggunakan Media Massa sehingga disini Sistem Komunikasi Massa sangat dibutuhkan oleh Media Massa untuk mempersuasif Komunikan agar mengerti isi pesan.

3.3.  Psikologi Komunikator dan Psikologi Pesan
A.    Psikologi komunikator
1.      Kredibilitas
Kredibilitas ini tergantung kepada siapa komunikan dari program ini. Seperti penonton yang sering hadir dalam program tersebut dan menjadi peonton tetap akan sangat mempercayai bahwa Caesar tidak bermaksud menghina.
2.      Atraksi
Dalam (Soegi-soft, 2011) menyebutkan dari penampilan fisik, atraksi fisik menyebabkan komunikator menarik, dan karena menarik ia memiliki daya persuasive. Ceasar yang selalu berpenampilan menarik dan sesuai dengan setting program YKS dalam jogetannya ia berhasil mempersuasi penonton untuk turut serta berjoget. Penampilan Caesar memakai kostum layaknya seorang raja Yunani. Dalam hal kontra sesuai dengan kasus ini Caesar yang menghina seniman Benyamin memberikan dampak yang persuasive yang negatif, seperti potensi adanya demonstran yang membela Benyamin. Berdampak pula dengan program YKS terancam berhenti tayang.
3.      Kekuasaan
Caesar yang dijadikan sebuah icon program YKS mempunyai kekuasaan atas mempengaruhi penonton. Dalam kondisi hipnotis juga ia memiliki kekuasaan untuk mengeluarkan pendapatnya. Keartisan yang ia tempuh selama hampir satu tahun masuk dunia entertainment, ia merasa bahwa hal itu hanya bercandaan. Dan media juga memiliki kukuasaan untuk melindungi icon program YKS tersebut dengan memasukan opini-opini yang mendukung acara YKS tetap tayang.
     Namun ketika ia sedang dihipnotis Caesar tidak bisa mengkoordinir kata-kata apa yang akan ia keluarkan dihapan publik. Caesar hanya menurut apa yang di tanyakan oleh orang yang menghipnotis.

B.     Psikologi Pesan
-          Pesan Linguistik
Cara berbahasa Caesar memang tidak mudah untuk dipahami banyak orang, harus ada kalimat-kalimat pendukung setelah ia mengatakan sesuatu. Hal ini sesuai dengan program tayangan yang bersifat menghibur. Jadi apapun yang dikatakan Caesar dijadikan sebagai hiburan dalam program tersebut.
-          Pesan Nonverbal
Pesan nonverbal cenderung banyak ditunjukkan ketika ia sedang berjoget, nada-nada musik dangdut ditegaskan oleh gerakan postur tubuh Caesar. Seperti mengangguk-angguk, menghentakan kaki, dan berlenggak-lenggok.
Klasifikasi Pesan Nonverbal
-          Pesan Teritorial : caesar yang sering shooting dalam studio YKS, tidak diherankan bahwa segala kondisi dalam studio Caesar dapat menghafal letak-letak / blok dimana tempat untuk home band, penonton, panggung Caesar, dan merasa memiliki kostum yang sering ia pakai
-          Pesan Kinesik : dalam berjoget, Caesar sangat ekspresif, gerakan tubuhnya, bahkan mimik mukanya.
-          Pesan Proksemik : zona Akrab ditunjukkannya ketika ia dengan rekan artis atau dengan crew, zona personal ditunjukannya pada saat ia mengajak berbincang dengan artis yang lebih profesional, zona sosial ditunjukkannya ketika ia melakukan brefing dengan rekan-rekan artis dan crew, zona publik ditunjukan ketika ia sedang beraksi di atas panggung dan berjoget.
-          Pesan artifaktual : kostum Caesar layaknya seperti raja Yunani
-          Pesan Paralinguistik : nada yang keluar ketika ia berbicara biasa, sama dengan ketika ia sedang di hipnotis dan menyebut anjing mirip Benyamin. Nada yang setara dan tidak tinggi, meunjukkan bahwa Caesar memang tidak bermaksud untuk menghina Benyamin.
-          Pesan Sentuhan dan bau-bauan : Caesar adalah orang yang akrab dengan semua orang dengan cara bersalaman, maupun memegang bahu lawan aktingnya. Wangi-wangian tidak ditunjukkan dalam program ini, karena segment mencela atau memuji aroma badan tidak menjadi fokus dalam program ini.























BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
            Kelompok media massa berperan membangun opini publik terhadap tayangan YKS, sehingga membentuk pula kelompok-kelompok masyarakat yang membela Benyamin S. Sebagai pendukungnya.
Hampir seluruh penduduk Indonesia mempunyai televisi dalam rumah mereka masing-masing. Karena televisi merupakan salah satu media informasi yang sangat penting. Demikian dengan dampak yang ditimbulkan dari media ini. Tayangan yang bersifat negatif, akan menimbulkan dampak yang sangat kuat bagi masyarakat. Dari program YKS masyarakat dapat menilai bahwa program tersebut tidak mendidik, serta terancam untuk berhenti tayang.
Dalam program YKS ini karakter dari Caesar sangat mendukung, dengan keahlian yang dimiliki untuk berjoget dan berhasil mempengaruhi penontonnya berjoget. Dan membuat program YKS berkeliling kota karena program ini sempat tenar. Dengan seketika program ini diisukan untuk berhenti karena terjadinya anggapan menghina seniman Benyamin S.










                                                                                 



DAFTAR PUSTAKA

Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Pusponegoro, C. P. (2014, Juni 24). Komisi Penyiaran Indonesia: "YKS" Lakukan Pelanggaran Berat. Dipetik Juni 28, 2014, dari tribunnews.com: http://batam.tribunnews.com/2014/06/24/komisi-penyiaran-indonesia-yks-lakukan-pelanggaran-berat
Rakhmat, J. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Soegi-soft. (2011, April 6). Psikologi Komunikasi. Dipetik Juni 28, 2014, dari Wordpress: http://sugiedesain.wordpress.com/psikologi-komunikator/


1 komentar: