MAKALAH
PSIKOLOGI
KOMUNIKASI
(Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir
Semester Genap)
“Analisis
Yuk Keep Smile berdampak pada Masyarakat”
Diajukan
Dosen Pembimbing :
Sri Handayani, M.I.Kom.
Anggota
Kelompok :
1.
Arum Fitri Yani 135120207113022
2.
Calvin Medita 135120218113011
3.
Feny Trikesuma Hapsari 135120207113016
4.
Lukito Adi Chandra 135120218113007
5.
Rosalia Puspitasari 115120207113025
JURUSAN
ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Yuk Keep Smile (YKS)
adalah acara program televisi yang
berjenis kuis
interaktif, live musik, dan game show yang tayang distasiun televisi
Trans TV. Merupakan perubahan nama dari Yuk Kita
Sahur dan akhirnya menjadi acara reguler hingga
sekarang. Dan kini dipopulerkan oleh Caisar Putra Aditya.
cara ini tayang setiap hari pada pukul 19.00-23.00 WIB Sabtu-Minggu
Pada tanggal 20 Juni 2014 program TV YKS di TRANS
TV menayangkan acara dengan salah satu adegannya si Cesar di hipnotis agar
tidak takut seekor anjing. Si Cesar diberi sugesti agar membayangkan wajah
seekor anjing seperti almarhum Benyamin S. Pada tayangan tersebut menuai banyak
kritik dari masyarakat betawi, para seniman, serta para penonton.
Akibat tayangan tersebut, masyarakat Betawi berdemo
di Gedung Trans TV. Menurut mereka
tayangan tersebut melecehkan aktor serta seniman almarhum Benyamin S. Mereka
menuntut agar acara program TV tersebut dihentikan penayangannya.
Dalam
kasus ini kami menganalisis konsep Psikologi Komunikasi dari sisi Sistem
Komunikasi Kelompok, Sistem Komunikasi Massa, dan Psikologi Komunikator dan
Psikologi Pesan. Pada analisis sistem komunikasi kelompok kami melihat dari
paradigma kelompok masyarakat yang kontra terhadap tayangan tersebut dan
melihat bagaimana dampak lebih lanjut dari tanggapan masyarakat. Selanjutnya
kami menganalisis dengan konsep Sistem Komunikasi Massa, disini kami berusaha
mengupas keberpihakan media dari program YKS, dan menonjolkan topik pemberitaan
dengan tema – tema yang di konstruksi oleh media. Dan terakhir kami
menganalisis Psikologi Komunikator dan Psikologi Pesan. Kami menganalisis
bagaimana Ceasar sebagai komunikator menyampaikan pesannya dalam keadaan
Hipnotis dan bagaimana pesan verbal nonverbal yang tampak dari Caesar.
1.2.Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
sistem komunikasi kelompok masyarakat setelah penayangan Yuk Keep Smile tanggal
20 Juni 2014?
2. Bagaimana
sistem komunikasi massa setelah penayangan Yuk Keep Smile tanggal 20 Juni 2014?
3. Bagaimana
psikologi komunikator dan psikologi pesan dari tayangan program Yuk Keep Smile tanggal
20 Juni 2014?
1.3.Tujuan
penelitian
1.
Mengetahui sistem komunikasi kelompok
masyarakat setelah penayangan Yuk Keep Smile tanggal 20 Juni 2014
2.
Mengetahui sistem komunikasi massa
setelah penayangan Yuk Keep Smile tanggal 20 Juni 2014
3.
Mengetahui psikologi komunikator dan
psikologi pesan dari tayangan program Yuk Keep Smile tanggal 20 Juni 2014
1.4.Manfaat
Penelitian
1. Manfaat
Teoritis
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan beberapa informasi serta pengembangan ilmu
dalam kajian ilmu komunikasi pada bidang Psikologi Komunikasi dan pemecahan
permasalahan yang menjadi objek penelitian. Beberapa teori atau konsep yang
dijadikan dasar penelitian akan berguna untuk memahami fenomena sosial sehingga
kita dapat mengetahui apa saja penyebab terjadinya masalah dalam objek
penelitian Analisis program Yuk Keep Smile
2. Manfaat
Praktis
Penelitian
ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sebuah pemecahan permasalahan dan kritik
antara Masyarakat dan program Yuk Keep Smile.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Sistem Komunikasi Kelompok
Kelompok
adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu
sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan
memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Mulyana, 2005).
Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan
masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan.
Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu
kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
FUNGSI
KOMUNIKASI KELOMPOK
1.
Fungsi pertama dalam kelompok adalah
hubungan sosial.
2.
Pendidikan adalah fungsi kedua dari
kelompok.
3.
Dalam fungsi persuasi, seorang anggota
kelompok berupaya mempersuasikan anggota lainnya supaya melakukan atau tidak
melakukan sesuatu.
4.
Fungsi keompok juga dicerminkan dengan
kegiatan-kegiatannya untuk memecahkan persoalan dan membuat
keputusan-keputusan.
5.
Terapi adalah fungsi kelima dari
kelompok. Kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya, karena
kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Artinya, dalam suasana yang mendukung,
setiap anggota dianjurkan untuk berbicara secara terbuka tentang apa yang
menjadi permasalahannya. Jika muncul konflik antar anggota dalam diskusi yang dilakukan,
orang yang menjadi pemimpin atau yang memberi terapi yang akan mengaturnya.
PENGARUH
KELOMPOK PADA PRILAKU KOMUNIKASI
1.
KON FORMITAS
Konformitas
adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompoks sebagai
akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan.
2.
FASILITASI SOSIAL
Fasilitasi
(dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau
peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi
pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa
kehadiran orang lain-dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku
individu.
3.
POLARISASI
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras. Jadi polarisasi adalah proses mengkutub, baik ke arah mendukung/positif/pro maupun kea rah menolak/negative/kontra dalam suatu masalah yang diperdebatkan.
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras. Jadi polarisasi adalah proses mengkutub, baik ke arah mendukung/positif/pro maupun kea rah menolak/negative/kontra dalam suatu masalah yang diperdebatkan.
BENTUK-BENTUK
KOMUNIKASI KELOMPOK
Telah
banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun
dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.
1. KELOMPOK
PRIMER DAN SEKUNDER
Charles
Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 2007) mengatakan bahwa
kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan
akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan
kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak
akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.
2. KELOMPOK
KEANGGOTAAN DAN KELOMPOK RUJUKAN
Theodore
Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan
kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang
anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu.
Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur
(standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.
3. KELOMPOK
DESKRIPTIF DAN KELOMPOK PRESIKRIPTIF
John
F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif
dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan
melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan
pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas;
b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan
memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye
politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka
sebagai acara pokok.
Kelompok
preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok
dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format
kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel,
forum, kolokium, dan prosedur parlementer.
2.2. Sistem Komunikasi Massa
Komunikasi Massa menurut (Rakhmat,
2007)
adalah Komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan media massa pada sejumlah
besar orang. Bagi media massa, biasa Komunikasi Massa dipandang sebagai sumber
hiburan.
Sistem Komunikasi Massa dalam (Rakhmat,
2007)
juga punya karakteristik psikologi, Hal ini tampak pada:
1.
Pengendalian Arus Informasi
Dapat
mengendalikan arus yang di bicarakan maupun yang di terima. Pada Komunikasi
Massa, seorang Komunikator mengendalikan arus informasi sehingga membuat
persuasi yang efektif.
2. Umpan
Balik
Pesan
yang dikirim kembali dari penerima ke sumber, memberitahu bagaimana reaksi
penerima dan memberikan landasan pada sumber untuk memberikan reaksi
selanjutnya
3. Stimulasi
Alat Indra
Dalam
Komunikasi Massa, stimuli alat indra sangat bergantung dari media massa yang
digunakan
4. Proporsi
Unsur isi dengan hubungan
Dalam
komunikasi massa yang lebih di pentingkan adalah isinya daripada hubungan yang
terjadi pada saat proses komunikasi berlangsung. Intinya adalah apa isi pesanya
bukan bagaimana proses pengiriman pesanya.
Efek
Komunikasi Massa
A. Efek Kehadiran Media Massa
Menurut Steven
H. Chaffee dalam (Rakhmat, 2007) menyebut lima
hal yang menjadi efek kehadiran media massa yaitu :
(1) Efek ekonomis, kehadir an
media massa menggerakkan berbagai usaha seperti usaha pensuplai kertas koran,
percetakan dan lain sebagainya.
(2) Efek sosial, berkenaan dengan perubahan pada
struktur atau interaksi sosial akibat kehadiran media massa.
(3) Efek pada penjadwalan kegiatan
(4) Efek pada penyaluran/penghilangan perasaan
tertentu
(5) Efek pada perasaan orang terhadap media
B. Efek Kognitif Komunikasi Massa
(1) Pembentukan dan perubahan citra, komunikasi
massa memberikan informasi, perincian, analisis, dan tinjauan mendalam tentang
berbagai peristiwa sehingga dapat membentuk citra sesuatu bahkan mengubah citra
tersebut. Perubahan citra seringkali disusul oleh perubahan perilaku.
(2) Agenda setting, kemampuan
media massa untuk mempengaruhi apa yang dianggap penting oleh masyarakat. Pada teori agenda setting memiliki asumsi
bahwa media massa menyaring berita, artikel dan tulisan yang akan disiarkannya.
(3) Efek prososial kognitif, media
memberikan informasi kepada khalayak dan khalayak merasa informasi yang
diterima bermanfaat sesuai dengan kehendak khalayak itu sendiri.
C. Efek Afektif Komunikasi Massa
(1) Pembentukkan dan perubahan sikap, informasi
yang disampaikan melalui media massa dapat membentuk sikap seseorang terhadap
sesuatu yang diinformasikan, contohnya membentuk sikap pro KPK dalam kasus KPK
dan POLRI setelah diberitakan di televisi. Sebagian besar masyarakat membentuk
sikap antipati kepada POLRI karena dianggap ingin menjatuhkan KPK. Selain itu,
informasi tersebut juga dapat mengubah sikap seseorang yang mungkin asalnya
biasa-biasa saja kepada POLRI berubah menjadi antipati.
(2) Rangsangan emosional, rangsangan
yang terdapat dalam sebuah informasi (seperti film, novel, sandiwara) yang disampaikan
melalui media massa yang digunakan untuk menyentuh emosi kita. Rangsangan
emosional memiliki lima faktor yaitu:
· Suasana emosional, suatu film akan dirasa sangat mengahrukan
ketika kita telah mengalami hal yang menyedihkan sebelumnya.
· Skema kognitif, yaitu semacam “naskah” pada pikiran kita yang
menjelaskan “alur” peristiwa, dapat dikatakan pula konsep awal suatu peristiwa
yang sebelumnya pernah kita alami atau bayangkan. Misalnya pada skema kognitif
kita bahwa orang baik akan selalu menang membuat kita tidak terlalu cemas
ketika menonton film dan tokoh tersebut sedang terdesak karena merasa bahwa
kebaikan akan selalu menang.
· Suasana terpaan (setting of exposure), merupakan suasana
lingkungan saat kita menonton sebuah film. Selain itu juga dapat berupa respon
dari orang lain pada saat menonton juga akan mempengaruhi.
· Predisposisi individual, mengacu pada karakteristik pribadi
seseorang. Ketika seseorang mempunyai karakter yang melankolis maka cenderung
akan menanggapi suatu film secara lebih dramatis. Satu acara akan ditanggapi
berbeda oleh orang yang berbeda, karena setiap karakteristik orang
berbeda-beda.
· Tingkat identifikasi, menunjukkan sejauh mana orang merasa
terlibat dengan tokoh yang ditampilkan dalam media massa.
(3) Rangsangan seksual, disebabkan
oleh adegan-adegan merangsang dalam media massa. Objek yang netral dapat
menjadi stimuli erotis (stimuli yang membangkitkan gairah seksual) hanya karena
proses pelaziman, imajinasi, dan pengalaman yang bermacam-macam.
D. Efek Behavioral Komunikasi Massa
(1) Efek prososial behavioral, memiliki
keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain yang
didapat dari media massa karena media massa juga dapat dijadikan sebagai alat
pendidikan.
(2) Agresi, film kekerasan mengajari agresi,
mengurangi kendali moral penontonnya, dan menumpulkan perasaan mereka. Karena
manusia akan lebih tertarik untuk mengikuti sesuatu yang ditampilkan dan
menarik bagi mereka.
2.3. Psikologi Komunikator dan Psikologi
Pesan
A.
Psikologi
Komunikator
Laswell (1948) menyebutkan komunikasi sebagai “who says what channel to whom whit what
effect”. Untuk what channel to
whom with what effect sudah dibahas pada materi sebelumnya. Pada
psikologi komunikator ini kita akan membahas who says
sedangkan what akan kita bahas pada psikologi pesannya.
Who says berarti
siapa yang berbicara, artinya ketika komunikator berkomunikasi yang berpengaruh
bukan saja apa yang ia katakan, tetapi juga keadaan dia sendiri, ia tidak dapat
menyuruh pendengar memperhatikan apa yang ia katakan. Kadang – kadang siapa
lebih penting dari apa.
Aristoteles menyebut karakter komunikator ini sebagai ethous. Ethous terdiri
dari pikiran baik (good sense),
akhlak yang baik ( good moral
character), dan maksud yang baik ( good
will).
Dimensi
Ethos :
1. Kredibilitas
2. Atraksi
3. Kekuasaan
B.
Psikologi
Pesan
Dalam (Rakhmat,
2007)
kita dapat mengatur perilaku orang ain dengan bahasa. Inilah kekuatan bahasa,
kekuatan kata-kata, the power of words.
Inilah yang membedakan kita dari binatang. Dan berbicara menggunakan bahasa,
bahasa, pada gilirannya, adalah pesan dalam bentuk kata-kata dan kalimat, dan
kita sebut sebagai pesan linguistik (pesan verbal).
Caesar mengucapkan
kata-kata dan kalimat dengan cara-cara tertentu dalam program YKS. Setiap cara
berkata memberikan maksud tersendiri. Cara-cara ini kita sebut pesan
paralinguistik. Disamping itu dalam buku (Rakhmat,
2007)
menyampaikan pesan dengan cara-cara lain selain bahasa, misalnya dengan
isyarat, yang kita sebut dengan pesan ekstralinguistik.
Pesan
Linguistik
Ada dua cara mendefinisikan bahasa : fungsional dan
formal. Definisi fungsional melihat bahasa dari segi fungsinya, sehingga bahasa
diartikan sebagai “alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan” (socially shared means for expressing ideas).
Definisi formal menyatakan bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang
dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa (all
the conceivable sentences that could be generated according to the rules of its
grammar).Dalam bahasa mengandung sebuah makna yang turut disampaikan dan
menegaskan maksud dari pesan yang kita sampaikan
Teori General Semantics
Bahasa adalah alat penyandian, tetapi alat yang
tidak begitu baik, kata pengikut general semantics. General semantics tidak
menjelaskan proses penyandian, tetapi ia menujukkan karakteristik bahasa yang
mempersulit proses ini. Peletak dasar teori ini adalah Alferd Korzybski, pemain
pedang, insinyur, spion, pelarian, ahli matematika, psikiater, dan akhirnya
ahli bahasa.
Korzybski melambangkan asumsi dasar teori general
semantics : bahasa seringkali tidak lengkap mewakili kenyataan; kata-kata hanya
menangkap sebagian saja aspek kenyataan. Berikut ini nasihat Korzybski, dua
bersifat perintah dan dua larangan.
1. Berhati-hati
dengan Abstraksi
2. Berhati-hati
dengan Dimensi Waktu
3. Jangan
Mengacaukan Kata dengan Rujukannya
4. Jangan
Mengacaukan Pengalaman dengan Kesimpulan
Pesan Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang
menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk
melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis.
Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan.
Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin,
saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.
Fungsi Pesan Nonverbal
Mark L. Knapp dalam (Rakhmat, 2007, hal. 287), menyebut lima
fungsi pesan nonverbal yang dihubungkan dengan pesan verbal:
-
Repetisi
-
Substitusi
-
Kontradiksi
-
Komplemen
-
Aksentuasi
Klasifikasi Pesan Nonverbal
- Pesan Teritorial
Berhubungan dengan segala sesuatu
yang ada disekitar kita dan kita mempunyai “Sense
of belonging”
- Pesan kinesik
Merupakan gerak tubuh yang terdiri dari
tiga komponen yakni pesan fasial, pesan gestural, pesan postural.
- Pesan proksemik
Disampaikan melalui pengaturan
jarak dan ruang. Edward T. Hall
menyebutkan empat macam jarak ketika berhubungan dengan orang lain :
a) Akrab
b) Personal
c) Sosial
d) Publik
- Pesan Artifaktual
Diungkapkan
melalui penampilan, pakaian dan kosmetik.
- Pesan Paralinguistik
Pesan
paralinguistik antar lain nada, kualitas suara volume, kecepatan dan ritme.
- Pesan sentuhan dan bau-bauan
Alma
I Smith memberikan macam sentuhan dicurahkan dalam perasaan : tanpa perhatian (detached), kasih sayang (mothering), takut (fearful), marah, bercanda (playful).
Bau-bauan digunakan untuk berkomunikasi secara sadar maupun tak sadar, misal
yang sadar dengan menggunakan parfum.
BAB
III
HASIL
ANALISIS
3.1. Sistem Komunikasi Kelompok
Kasus aksi
protes pada hari Selasa tanggal 24 Juni 2014, sekelompok massa mengungkapkan
kekecewaanya terhadap acara YKS (Yuk Keep Smile) yang disiarkan secara langsung
pada 20 Juni 2014 yang dinilai telah melecehkan sosok Benyamin Sueb dalam
sebuah adegan sebelum Cesar dihipnotis.
Sekelompok massa
tersebut dapat dikatakan sebuah kelompok yang besar. Sebuah kelompok besar
tersebut menurut (Pusponegoro, 2014) terdiri dari kelompokBens Radio,
Yayasan Benyamin Sueb, Benyamin Sueb Fans Club, pecinta Benyamin Sueb,
organisasi kemasyarakatan Betawi, seniman dan budayawan Betawi, dan masyarakat
Betawi secara luas.
Kelompok-kelompok
tersebut melakukan aksi di depan Kantor Trans TV yaitu untuk melindungi
seseorang yang bagi mereka berharga yaitu Benyamin Sueb. Mereka memiliki ikatan
yang kuat karena mereka sama-sama menyukai dan melindungi seseorang yang sama.
Kelompok –
kelompok massa maupun masyarakat ini berpengaruh untuk memberikan atau membagai
nilai-nilai maupun norma yang memperlihatkan bahwa kasus tersebut tidak baik.
Sehingga mempersuasi masyarakat lain di luar masyarakat betawi untuk menjadi
kelompok yang menentang tayangan YKS. Pengaruhnya memberikan perubahan perilaku
bagi program – program yang menayangkan tayangan yang tercela.
Kelompok-kelompok
ini merupakan bentuk kelompok deskriptif yang berperan penyadarkan pembuat
program agar merubah perilaku atau konsep tayangan yang mendidik.
3.2. Sistem Komunikasi Massa
Dalam Teori Komunikasi
Massa dijelaskan Komunikasi ini dilakukan dengan menggunakan media massa, lalu
dalam kasus ini Media Massa yang digunakan antara lain adalah : Surat Kabar,
Internet, dan berbagai Media Sosial. Namun pada awalnya kasus ini pada saat tanggal
20 Juni 2014 banyak masyarakat yang menganggap Segment saat si “Caesar” di
hipnotis oleh Ferdian Setiadi agar menyamakan melihat Benyamin Suep ketika
melihat anjing itu merupakan suatu hiburan bagi sebagian besar masyarakat.
Dalam
hal ini karakteristik psikologis yang terdapat dalam kasus ini adalah :
1. Pengendalian
Arus Informasi
Sementara
ini arus informasi yang dibatasi oleh media massa adalah ketika KPI(Komisi
Penyiaran Indonesia) akan memanggil pihak TransTV untuk dimintai klarifikasi
atas kejadian tersebut, jadi arus informasi digunakan untuk mempersuasi pembaca
agar menyalahkan pihak TransTV
2. Umpan
Balik
Banyak masyarakat pun yang setuju
dengan tindakan KPI yang diberitakan pada Media Massa sehingga banyak pendukung
dari Bang Bens Club (Fans Berat Benyamin Suep) yang tidak terima.
3. Stimulasi
Alat Indera
Dalam
hal ini stimuli dari indera yang sangat berpengaruh yaitu indera pengelihatan
dan pendengaran karena dari Media Massa
4. Proposisi
Unsur isi dengan hubungan
Yang
dipentingkan adalah dimana saat Benyamin Suep disamakan dengan anjing, bukan
bagaimana cara Ferdian Setiadi menghipnotis Caesar.
Efek
dari Komunikasi Massa :
1. Efek
Kognitif Komunikasi Massa
Efek Kognitif dari Kasus ini adalah pencitraan yang
buruk terhadap TransTV ada beberapa yang berpendapat bahwa acara YKS tidak
mendidik
2. Agenda
Setting
Media Massa mempengaruhi masyarakat dengan issue nya
bahwa YKS dianggap tidak mendidik meskipun kita belum mengetahui alasan yang
sebenarnya atau klarifikasi resmi dari pihak TransTV
3. Efek
Proporsional Kognitif
Media
memberikan informasi mengenai kasus pencemaran ini dan dianggap bahwa media
massa benar dalam memberikan informasi ini agar seluruh masyarakat tahu.
Jadi intinya adalah bagaimana cara Media Massa
mempersuasi masyarakat agar mengerti pesan yang disampaikan dengan menggunakan
Media Massa sehingga disini Sistem Komunikasi Massa sangat dibutuhkan oleh
Media Massa untuk mempersuasif Komunikan agar mengerti isi pesan.
3.3. Psikologi Komunikator dan Psikologi
Pesan
A.
Psikologi
komunikator
1.
Kredibilitas
Kredibilitas ini tergantung kepada
siapa komunikan dari program ini. Seperti penonton yang sering hadir dalam
program tersebut dan menjadi peonton tetap akan sangat mempercayai bahwa Caesar
tidak bermaksud menghina.
2.
Atraksi
Dalam (Soegi-soft, 2011) menyebutkan dari penampilan fisik,
atraksi fisik menyebabkan komunikator menarik, dan karena menarik ia memiliki
daya persuasive. Ceasar yang selalu berpenampilan menarik dan sesuai dengan
setting program YKS dalam jogetannya ia berhasil mempersuasi penonton untuk
turut serta berjoget. Penampilan Caesar memakai kostum layaknya seorang raja
Yunani. Dalam hal kontra sesuai dengan kasus ini Caesar yang menghina seniman
Benyamin memberikan dampak yang persuasive yang negatif, seperti potensi adanya
demonstran yang membela Benyamin. Berdampak pula dengan program YKS terancam
berhenti tayang.
3.
Kekuasaan
Caesar yang dijadikan sebuah icon
program YKS mempunyai kekuasaan atas mempengaruhi penonton. Dalam kondisi
hipnotis juga ia memiliki kekuasaan untuk mengeluarkan pendapatnya. Keartisan
yang ia tempuh selama hampir satu tahun masuk dunia entertainment, ia merasa
bahwa hal itu hanya bercandaan. Dan media juga memiliki kukuasaan untuk
melindungi icon program YKS tersebut dengan memasukan opini-opini yang
mendukung acara YKS tetap tayang.
Namun ketika ia sedang dihipnotis Caesar
tidak bisa mengkoordinir kata-kata apa yang akan ia keluarkan dihapan publik.
Caesar hanya menurut apa yang di tanyakan oleh orang yang menghipnotis.
B.
Psikologi
Pesan
-
Pesan
Linguistik
Cara berbahasa Caesar memang tidak
mudah untuk dipahami banyak orang, harus ada kalimat-kalimat pendukung setelah
ia mengatakan sesuatu. Hal ini sesuai dengan program tayangan yang bersifat
menghibur. Jadi apapun yang dikatakan Caesar dijadikan sebagai hiburan dalam
program tersebut.
-
Pesan
Nonverbal
Pesan nonverbal cenderung banyak
ditunjukkan ketika ia sedang berjoget, nada-nada musik dangdut ditegaskan oleh
gerakan postur tubuh Caesar. Seperti mengangguk-angguk, menghentakan kaki, dan
berlenggak-lenggok.
Klasifikasi
Pesan Nonverbal
-
Pesan Teritorial : caesar yang sering shooting dalam studio YKS, tidak
diherankan bahwa segala kondisi dalam studio Caesar dapat menghafal letak-letak
/ blok dimana tempat untuk home band,
penonton, panggung Caesar, dan merasa memiliki kostum yang sering ia pakai
-
Pesan Kinesik : dalam berjoget, Caesar
sangat ekspresif, gerakan tubuhnya, bahkan mimik mukanya.
-
Pesan Proksemik : zona Akrab
ditunjukkannya ketika ia dengan rekan artis atau dengan crew, zona personal
ditunjukannya pada saat ia mengajak berbincang dengan artis yang lebih
profesional, zona sosial ditunjukkannya ketika ia melakukan brefing dengan
rekan-rekan artis dan crew, zona publik ditunjukan ketika ia sedang beraksi di
atas panggung dan berjoget.
-
Pesan artifaktual : kostum Caesar layaknya
seperti raja Yunani
-
Pesan Paralinguistik : nada yang keluar
ketika ia berbicara biasa, sama dengan ketika ia sedang di hipnotis dan
menyebut anjing mirip Benyamin. Nada yang setara dan tidak tinggi, meunjukkan
bahwa Caesar memang tidak bermaksud untuk menghina Benyamin.
-
Pesan Sentuhan dan bau-bauan : Caesar
adalah orang yang akrab dengan semua orang dengan cara bersalaman, maupun
memegang bahu lawan aktingnya. Wangi-wangian tidak ditunjukkan dalam program
ini, karena segment mencela atau memuji aroma badan tidak menjadi fokus dalam
program ini.
BAB
IV
PENUTUP
Kesimpulan
Kelompok media
massa berperan membangun opini publik terhadap tayangan YKS, sehingga membentuk
pula kelompok-kelompok masyarakat yang membela Benyamin S. Sebagai pendukungnya.
Hampir seluruh penduduk
Indonesia mempunyai televisi dalam rumah mereka masing-masing. Karena televisi
merupakan salah satu media informasi yang sangat penting. Demikian dengan
dampak yang ditimbulkan dari media ini. Tayangan yang bersifat negatif, akan
menimbulkan dampak yang sangat kuat bagi masyarakat. Dari program YKS
masyarakat dapat menilai bahwa program tersebut tidak mendidik, serta terancam
untuk berhenti tayang.
Dalam program YKS ini
karakter dari Caesar sangat mendukung, dengan keahlian yang dimiliki untuk
berjoget dan berhasil mempengaruhi penontonnya berjoget. Dan membuat program
YKS berkeliling kota karena program ini sempat tenar. Dengan seketika program
ini diisukan untuk berhenti karena terjadinya anggapan menghina seniman Benyamin
S.
DAFTAR
PUSTAKA
Deddy
Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu
Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Pusponegoro, C. P. (2014, Juni 24). Komisi
Penyiaran Indonesia: "YKS" Lakukan Pelanggaran Berat. Dipetik
Juni 28, 2014, dari tribunnews.com:
http://batam.tribunnews.com/2014/06/24/komisi-penyiaran-indonesia-yks-lakukan-pelanggaran-berat
Rakhmat, J.
(2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Soegi-soft. (2011,
April 6). Psikologi Komunikasi. Dipetik Juni 28, 2014, dari Wordpress:
http://sugiedesain.wordpress.com/psikologi-komunikator/
thank you for sharing , happy once felt reading in this blog, so more insight .. hopefully always given the health and success always ..
BalasHapusjual underwear jakarta
jual pakaian dalam wanita
jual pakaian dalam pria
jual underwear murah
toko online underwear
jual sepatu safety
online shop sepatu safety
jual sepatu safety
jual sepatu safety surabaya
pabrik sepatu safety
jasa pembuatan website
jasa pembuatan website profesional
tempat pembuatan website di jakarta
jasa konsultan digital marketing
konsultan komunikasi jakarta
les gitar jakarta barat
jakarta guide kebayoran baru
jakarta guide kuningan
jasa pembuatan website
jasa pembuatan website di riau
tempat pembuatan website di sumatera
tempat pembuatan website di medan
konsultan komunikasi di balikpapan
tempat pembuatan website di kalimantan
tempat pembuatan website di pemalang
konsultan komunikasi palembang