TEORI KOMUNIKASI 1
Tugas
Paper
Diajukan
Dosen Pembimbing
Desi
Dwi Prianti, S.Sos, M.Comn.
Disusun
oleh :
Nama : Rosalia Puspitasari
NIM : 115120207113025
PROGRAM
STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
APRIL
2012
Fenomenologi
Fenomenologi menjadikan pengalaman
sebenarnya sebagai ‘data utama’ dalam memahami realitas. Apa yang dapat
diketahui seseorang adalah apa yang dialaminya.
Stanley Deetz, mengemukakan 3 (tiga) prinsip dasar Fenomenologi, yakni :
Stanley Deetz, mengemukakan 3 (tiga) prinsip dasar Fenomenologi, yakni :
1. Pengetahuan
adalah kesadaran. Pengetahuan tidak disimpulkan dari pengalaman, namun
ditemukan secara langsung dari pengalaman sadar.
2. Makna
dari sesuatu terdiri atas potensi sesuatu pada hidup seseorang. Dengan kata
lain, bagaimana Anda memandang suatu objek, bergantung pada makna objek itu
bagi Anda.
3.
Bahasa adalah ‘kendaraan makna’. Kita
mendapatkan pengalaman melalui bahasa yang digunakan untuk mendefenisikan dan
menjelaskan dunia kita.
Tradisi Fenomenologi terbagi dalam
tiga bagian utama, yakni;
1. Fenomenologi Klasik
Edmund Husserl. Menurutnya, orang
harus berdisiplin dalam menerima pengalaman itu. Dengan kata lain, pengalaman
secara individu adalah jalan yang tepat untuk menemukan realitas. Hanya melalui
‘perhatian sadar’ (conscious attention), kebenaran dapat diketahui. Untuk dapat
melakukan hal itu, kita harus menyingkirkan bias yang ada pada diri kita
2. Fenomenologi Persepsi
Menurut Ponty, Sebagai manusia, kita
dipengaruhi oleh dunia luar atau lingkungan kita dan sebaliknya, kita juga
memenuhi dunia di sekitar kita, melalui bagaimana kita mengalami dunia. Dengan
demikian, suatu objek atau peristiwa itu ada dalam suatu proses yang timbal
balik (give and take), yaitu hubungan dialogis di mana suatu objek atau
peristiwa memengaruhi objek atau peristiwa lainnya. Sesuatu yang nyata harus dapat
disentuh oleh pengalaman manusia, meski tidak harus pengalaman empiris[1] (jumhur).
3. Fenomenologi Hermeneutik
Cabang ketiga dalam tradisi ini
disebut dengan fenomenologi hermeneutic (hermeneutic phenomenology), Melalui
pengalaman alami yang terbentuk melalui penggunaan bahasa dalam kehidupan
setiap hari, berpikir atau kebiasaan kita melihat sesuatu agar dapat merasakan
pengalaman sebagaimana apa adanya. Melalui cara ini, berbagai objek di
dunia dapat hadir dalam kesadaran kita.
Ø Studi
kasus yang berhubungan dengan tradisi komunikasi Fenomenologi
SUNGAI
KAKAP, Kompas.com - Kasus balita yang kecanduan merokok masih terus terjadi. Di Kalimantan
Barat, ada balita balita berusia 2,9 tahun bernama SL asal Dusun Nirwana, Desa
Sungai Kakap, Kecamatan Sungai Kakap, sejak tiga bulan terakhir menjadi pecandu
rokok.
Menurut
Pinah, kebiasaan anaknya itu mulai timbul karena faktor ayahnya, Sapi'i, yang
biasa merokok di depan anaknya.
Dia
menceritakan, tanpa sepengetahuan kedua orangtuanya, SL mengambil rokok ayahnya
yang biasa terletak di atas meja dan menghisapnya sendiri.
Pinah juga
mengaku sudah kewalahan memenuhi kebutuhan rokok SL. Pasalnya, dalam sehari SL
bisa menghabiskan setengah bungkus rokok.
Mulai dari
rokok filter, mild, kretek hingga "longlat" juga diisap oleh SL.
Melihat
kondisi SL, menimbulkan keprihatinan bagi Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten
Kubu Raya, Rosalina Muda Mahendrawan.
Rosalina
sendiri mengaku akan mencari jalan keluar untuk menghilangkan kebiasaan SL yang
senang merokok. Dia menyatakan akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kubu
Raya untuk memberikan pengertian secara langsung kepada orang tua SL, dan
menggunakan jasa psikolog anak untuk menghilangkan kebiasaan anak tersebut.
ANALISIS
Dari 3 prinsip yang di kemukakan
oleh Stanley Deetz dari kasus di atas dapat dianalisis sebagai berikut:
Ø Pengetahuan berdasar pengalaman
sadar: Pengetahuan SL tentang rokok bermula dari faktor ayahnya, Sapi'i, yang biasa
merokok di depan anaknya, SL mengambil rokok ayahnya yang biasa terletak di
atas meja dan menghisapnya sendiri. Orang mengetahui pengalaman atau peristiwa
dengan cara mengujinya secara sadar melalui perasaan dan persepsi yang dimiliki
orang bersangkutan [2]
(Palalloi,
2010).
Ø Makna dari sesuatu terdiri atas
potensi sesuatu pada hidup seseorang : bagi orang dewasa yang perokok, rokok
adalah sesuatu yang di konsumsi untuk pelengkap saja, tetapi SL memaknai bahwa
rokok adalah kebutuhan yang harus di penuhi "Waktu itu sudah kami marahi,
tapi saat rokoknya diambil dia menangis dan tidak mau berhenti. Setelah diberi,
baru dia diam, sampai sekarang masih seperti itu, dan kami juga bingung untuk
menghentikannya, jadi kami biarkan saja," tutur Pinah. makna konseptual
itu bisa berupa imajinasi, pikiran, hasrat, ataupun perasaan-perasaan spesifik,
ketika orang mengalami dunianya secara personal[3]
(Wattimena, 2009).
Ø Bahasa adalah ‘kendaraan makna’ :
kita mengetahui suatu objek, dan dengan bagaimana cara kita menyampaikan suatu
makna objek tersebut. Dari contoh kasus diatas, seorang anak yang berinisial
SL, kita dapat melabelkan SL sebagai anak berumur 2,9 tahun, SL seorang anak di
bawah umur pecandu rokok, SL terbiasa merokok karena melihat ayahnya yang
merokok.
Analisis dari bagian tradisi Fenomenologi
1.
Fenomenologi
Klasik
Mendapatkan pengetahuan baru …
fenomenologi dengan suatu injunksi, yakni "mengurung keluar" [bracket
out] peristiwa-peristiwa serta prakonsepsi-prakonsepsi lahiriah, dan dengan
demikian mendekati suatu penangkapan [pemahaman, apprehension]
yang bersifat langsung,…[4] (Hupudio, 1999).
Kita mengetahui bahwa pada umunya
orang perokok adalah orang-orang dewasa, dengan mengesampingkan pengetahuan
demikian, kita mendapatkan pengetahuan baru bahwa anak usia dini pun juga bisa
menjadi pecandu rokok.
2. Fenomenologi Persepsi
Kita
mengenali suatu objek, bagaimana kita memaknai objek tersebut jika objek
tersebut adalah bagian dari dunia kita, tetapi dapat berbeda bila orang di luar
dunia kita yang memberi makna, misalnya dalam kasus ini antara orang perokok
dan orang yang tidak merokok, bagi orang perokok mereka menilai rokok adalah sesuatu
yang menjadikan mereka penangkal rasa sakit kepala, sedangkan bagi orang yang
tidak merokok, mereka memaknai rokok adalah sesuatu cara untuk membunuh nyawa
secara perlahan. Jadi penilaiannya tidak pernah bisa objektif.
3.
Fenomenologi Hermeneutik
Menurut Heidegger pengalaman
sesuatu tak dapat diketahui melalui analisa yang mendalam melainkan pengalaman
seseorang yang mana diciptakan dengan penggunaan bahasa dalam keseharian. Apa
yang nyata dan apa yang yang sekedar pengalaman melalui penggunaan bahasa.
Esensi yang didapat dengan cara melalui berkomunikasi. Bagaimana kita sadar
mengetahui objek itu karena kita berkomunikasi dengan individu. Contoh kasus
ini Di Kalimantan Barat, ada balita
balita berusia 2,9 tahun bernama SL asal Dusun Nirwana, Desa Sungai Kakap,
Kecamatan Sungai Kakap, sejak tiga bulan terakhir menjadi pecandu rokok.
Tradisi
Fenomenologi (Komunikasi sebagai pengalaman diri dan orang lain melalui dialog)
Meski fenomenologi adalah sebuah filosofi yang mengagumkan, pada dasarnya menunjukkan analisis terhadap kehidupan sehari-hari. Titik berat tradisi fenomenologi adalah pada bagaimana individu mempersepsi serta memberikan interpretasi pada pengalaman subyektifnya.
Meski fenomenologi adalah sebuah filosofi yang mengagumkan, pada dasarnya menunjukkan analisis terhadap kehidupan sehari-hari. Titik berat tradisi fenomenologi adalah pada bagaimana individu mempersepsi serta memberikan interpretasi pada pengalaman subyektifnya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.zimbio.com/Catatan+Sawali+Tuhusetya/articles/bN0Ifc8wt9P/Tradisi+Ilmu+Komunikasi+dan+Perkembangan+Ilmu
[1] jumhur.
(n.d.). Kritik fenomenologis merleau-ponty Atas filsafat pengetahuan .
Retrieved April 19, 2012, from
http://tsaqafah.isid.gontor.ac.id/volume-vi-1/volume-vi-2/kritik-fenomenologis-merleau-ponty-atas-filsafat-pengetahuan.html
[2] Palalloi,
H. (2010, Juli 16). Fenomenologi. Retrieved April 19, 2012, from
http://pondok-hamzah.blogspot.com/2010/07/fenomenologi.html
[3] Wattimena,
R. A. (2009, Agustus 19). Fenomenologi Edmund Husserl. Retrieved April
19, 2012, from Rumah Filsafat (The House of Philosophy):
http://rumahfilsafat.com/2009/08/19/fenomenologi-edmund-husserl/
[4]Hupudio,
H. (1999, Mei 3). KAJIAN MENTAL-FENOMENOLOGIS. Retrieved April 21, 2012,
from http://groups.yahoo.com/group/milis-spiritual/message/5448
Tidak ada komentar:
Posting Komentar